D. Multiplexing dalam Telekomunikasi
http://muhammadyusuf29.blogspot.com/2016/01/multiplexing-dalam-dunia-telekomunikasi.html
Multiplexing dalam Telekomunikasi
Adalah Teknik
menggabungkan beberapa sinyal untuk dikirimkan secara bersamaan pada suatu
kanal transmisi. Dimana perangkat yang melakukan Multiplexing disebut
Multiplexer atau disebut juga dengan istilah Transceiver / Mux. Dan untuk di
sisi penerima, gabungan sinyal - sinyal itu akan kembali di pisahkan sesuai
dengan tujuan masing – masing. Proses ini disebut dengan Demultiplexing.
Receiver atau perangkat yang melakukan Demultiplexing disebut dengan
Demultiplexer atau disebut juga dengan istilah Demux.
Tujuan Muliplexing
- meningkatkan
effisiensi penggunaan bandwidth / kapasitas saluran transmisi dengan cara
berbagi akses bersama.
Jenis Teknik
Multiplexing
Teknik Multiplexing
yang umum digunakan adalah :
a. Time Division Multiplexing (TDM) : - Synchronous TDM
- Asynchronous TDM
b. Frequency Division Multiplexing (FDM)
c. Code Division Multiplexing (CDM)
d. Wavelength Division Multiplexing (WDM)
e. Optical code Division Multiplexing (ODM)
a. Time Division Multiplexing (TDM) : - Synchronous TDM
- Asynchronous TDM
b. Frequency Division Multiplexing (FDM)
c. Code Division Multiplexing (CDM)
d. Wavelength Division Multiplexing (WDM)
e. Optical code Division Multiplexing (ODM)
Time Division
Multiplexing (TDM)
Secara umum TDM
menerapkan prinsip pemnggiliran waktu pemakaian saluran transmisi dengan
mengalokasikan satu slot waktu (time slot) bagi setiap pemakai saluran (user).
TDM yaitu Terminal
atau channel pemakaian bersama-sama kabel yang cepat dengan setiap channel
membutuhkan waktu tertentu secara bergiliran (round-robin time-slicing).
Biasanya waktu tersebut cukup digunakan untuk menghantar satu bit
(kadang-kadang dipanggil bit interleaving) dari setiap channel secara bergiliran
atau cukup untuk menghantar satu karakter (kadang-kadang dipanggil character
interleaving atau byte interleaving). Menggunakan metoda character
interleaving, multiplexer akan mengambil satu karakter (jajaran bitnya) dari
setiap channel secara bergiliran dan meletakkan pada kabel yang dipakai
bersama-sama sehingga sampai ke ujung multiplexer untuk dipisahkan kembali
melalui port masing-masing. Menggunakan metoda bit interleaving, multiplexer
akan mengambil satu bit dari setiap channel secara bergiliran dan meletakkan
pada kabel yang dipakai sehingga sampai ke ujung multiplexer untuk dipisahkan
kembali melalui port masing-masing. Jika ada channel yang tidak ada data untuk
dihantar, TDM tetap menggunakan waktu untuk channel yang ada (tidak ada data yang
dihantar), ini merugikan penggunaan kabel secara maksimun. Kelebihanya adalah
karena teknik ini tidak memerlukan guardband jadi bandwidth dapat digunakan
sepenuhnya dan perlaksanaan teknik ini tidak sekompleks teknik FDM. Teknik TDM
terdiri atas :
Synchronous TDM
Hubungan antara sisi pengirim dan sisi penerima dalam komunikasi data yang menerapkan teknik Synchronous TDM dijelaskan secara skematik pada gambar
Hubungan antara sisi pengirim dan sisi penerima dalam komunikasi data yang menerapkan teknik Synchronous TDM dijelaskan secara skematik pada gambar
Gambar Synchronous
TDM
Cara kerja
Synchronous TDM dijelaskan dengan ilustrasi dibawah ini
Gambar Ilustrasi
hasil sampling dari input line
Asynchronous TDM
Untuk
mengoptimalkan penggunaan saluran dengan cara menghindari adanya slot waktu
yang kosong akibat tidak adanya data ( atau tidak aktif-nya pengguna) pada
saat sampling setiap input line, maka pada Asynchronous TDM proses
sampling hanya dilakukan untuk input line yang aktif saja. Konsekuensi dari hal
tersebut adalah perlunya menambahkan informasi kepemilikan data pada setiap
slot waktu berupa identitas
pengguna atau identitas input line yang bersangkutan.
pengguna atau identitas input line yang bersangkutan.
Penambahan
informasi pada setiap slot waktu yang dikirim merupakan overhead pada
Asynchronous TDM.
Gambar di bawah ini menyajikan contoh ilustrasi yang sama dengan gambar Ilustrasi hasil sampling dari input line jika ditransmisikan dengan Asynchronous TDM.
Gambar di bawah ini menyajikan contoh ilustrasi yang sama dengan gambar Ilustrasi hasil sampling dari input line jika ditransmisikan dengan Asynchronous TDM.
Gambar Frame pada
Asysnchronous TDM
Frequency Division
Multiplexing (FDM)
Prinsip dari FDM
adalah pembagian bandwidth saluran transmisi atas sejumlah kanal (dengan lebar
pita frekuensi yang sama atau berbeda) dimana masing-masing kanal dialokasikan
ke pasangan entitas yang berkomunikasi. Contoh aplikasi FDM ini yang polpuler
pada saat ini adalah Jaringan Komunikasi Seluler, seperti GSM ( Global System
Mobile) yang dapat menjangkau jarak 100 m s/d 35 km. Tingkatan generasi GSM
adalah sbb:
First-generation:
Analog cellular systems (450-900 MHz)
Frequency shift
keying for signaling
FDMA for spectrum
sharing
NMT (Europe), AMPS
(US)
Second-generation:
Digital cellular systems (900, 1800 MHz)
TDMA/CDMA for
spectrum sharing
Circuit switching
GSM (Europe),
IS-136 (US), PDC (Japan)
2.5G: Packet
switching extensions
Digital: GSM to
GPRS
Analog: AMPS to
CDPD
3G:
High speed, data
and Internet services
IMT-2000
Gambar Pemakaian
Frekwensi pada GSM
FDM yaitu
pemakaian secara bersama kabel yang mempunyai bandwidth yang tinggi terhadap
beberapa frekuensi (setiap channel akan menggunakan frekuensi yang berbeda).
Contoh metoda multiplexer ini dapat dilihat pada kabel coaxial TV, dimana
beberapa channel TV terdapat beberapa chanel, dan kita hanya perlu tunner
(pengatur channel) untuk gelombang yang dikehendaki. Pada teknik FDM, tidak
perlu ada MODEM karena multiplexer juga bertindak sebagai modem (membuat
permodulatan terhadap data digital). Kelemahan Modem disatukan dengan
multiplexer adalah sulitnya meng-upgrade ke komponen yang lebih maju dan
mempunyai kecepatan yang lebih tinggi (seperti teknik permodulatan modem yang
begitu cepat meningkat). Kelemahannya adalah jika ada channel (terminal) yang
tidak menghantar data, frekuensi yang dikhususkan untuk membawa data pada
channel tersebut tidak tergunakan dan ini merugikandan juga harganya agak mahal
dari segi pemakaian (terutama dibandingkan dengan TDM) kerana setiap channel
harus disediakan frekuensinya. Kelemahan lain adalah kerana bandwidth jalur
atau media yang dipakai bersama-sama tidak dapat digunakan sepenuhnya, kerana
sebagian dari frekuensi terpaksa digunakan untuk memisahkan antara frekuensi
channelchannel yang ada. Frekuensi pemisah ini dipanggil guardband.
Gambar Frequency
Division Multiplexing
Pengalokasian kanal
(channel) ke pasangan entitas yang berkomunikasi diilustrasikan pada gambar
dibawah ini :
Gambar Contoh
penerapan FDM dengan 4 pengguna
Code Division
Multiplexing (CDM)
Code Division
Multiplexing (CDM) dirancang untuk menanggulangi kelemahankelemahan yang
dimiliki oleh teknik multiplexing sebelumnya, yakni TDM dan FDM.. Contoh
aplikasinya pada saat ini adalah jaringan komunikasi seluler CDMA (Flexi)
Prinsip kerja dari CDM adalah sebagai berikut :
1. Kepada setiap entitas pengguna diberikan suatu kode unik (dengan panjang 64 bit) yang disebut chip spreading code.
2. Untuk pengiriman bit ‘1’, digunakan representasi kode (chip spreading code) tersebut.
3. Sedangkan untuk pengiriman bit ‘0’, yang digunakan adalah inverse dari kode tersebut.
4. Pada saluran transmisi, kode-kode unik yang dikirim oleh sejumlah pengguna akan ditransmisikan dalam bentuk hasil penjumlahan (sum) dari kode-kode tersebut.
5. Di sisi penerima, sinyal hasil penjumlahan kode-kode tersebut akan dikalikan dengan kode unik dari si pengirim (chip spreading code) untuk diinterpretasikan.
selanjutnya :
- jika jumlah hasil perkalian mendekati nilai +64 berarti bit ‘1’,
- jika jumlahnya mendekati –64 dinyatakan sebagai bit ‘0’.
Contoh penerapan CDM untuk 3 pengguna (A,B dan C) menggunakan panjang kode 8 bit (8-chip spreading code) dijelaskan sebagai berikut :
a. Pengalokasian kode unik (8-chip spreading code) bagi ketiga pengguna :
- kode untuk A : 10111001
- kode untuk B : 01101110
- kode untuk C : 11001101
b. Misalkan pengguna A mengirim bit 1, pengguna B mengirim bit 0 dan pengguna C mengirim bit 1. Maka pada saluran transmisi akan dikirimkan kode berikut :
- A mengirim bit 1 : 10111001 atau + - + + + - - +
1. Kepada setiap entitas pengguna diberikan suatu kode unik (dengan panjang 64 bit) yang disebut chip spreading code.
2. Untuk pengiriman bit ‘1’, digunakan representasi kode (chip spreading code) tersebut.
3. Sedangkan untuk pengiriman bit ‘0’, yang digunakan adalah inverse dari kode tersebut.
4. Pada saluran transmisi, kode-kode unik yang dikirim oleh sejumlah pengguna akan ditransmisikan dalam bentuk hasil penjumlahan (sum) dari kode-kode tersebut.
5. Di sisi penerima, sinyal hasil penjumlahan kode-kode tersebut akan dikalikan dengan kode unik dari si pengirim (chip spreading code) untuk diinterpretasikan.
selanjutnya :
- jika jumlah hasil perkalian mendekati nilai +64 berarti bit ‘1’,
- jika jumlahnya mendekati –64 dinyatakan sebagai bit ‘0’.
Contoh penerapan CDM untuk 3 pengguna (A,B dan C) menggunakan panjang kode 8 bit (8-chip spreading code) dijelaskan sebagai berikut :
a. Pengalokasian kode unik (8-chip spreading code) bagi ketiga pengguna :
- kode untuk A : 10111001
- kode untuk B : 01101110
- kode untuk C : 11001101
b. Misalkan pengguna A mengirim bit 1, pengguna B mengirim bit 0 dan pengguna C mengirim bit 1. Maka pada saluran transmisi akan dikirimkan kode berikut :
- A mengirim bit 1 : 10111001 atau + - + + + - - +
- B mengirim
bit 0 : 10010001 atau + - - + - - - +
- C mengirim bit 1 : 11001101 atau + + - - + + - +
- hasil penjumlahan (sum) = +3,-1,-1,+1,+1,-1,-3,+3
- C mengirim bit 1 : 11001101 atau + + - - + + - +
- hasil penjumlahan (sum) = +3,-1,-1,+1,+1,-1,-3,+3
c. Pasangan dari A
akan menginterpretasi kode yang diterima dengan cara :
- Sinyal yang diterima : +3 –1 –1 +1 +1 –1 –3 +3
- Kode milik A : +1 –1 +1 +1 +1 -1 –1 +1
- Hasil perkalian (product) : +3 +1 –1 +1 +1 +1 +3 +3 = 12
Nilai +12 akan diinterpretasi sebagai bit ‘1’ karena mendekati nilai +8.
d. Pasangan dari pengguna B akan melakukan interpretasi sebagai berikut :
- sinyal yang diterima : +3 –1 –1 +1 +1 –1 –3 +3
- kode milik B : –1 +1 +1 –1 +1 +1 +1 –1
- jumlah hasil perkalian : –3 –1 –1 –1 +1 –1 –3 –3 = -12
berarti bit yang diterima adalah bit ‘0’, karena mendekati nilai –8.
- Sinyal yang diterima : +3 –1 –1 +1 +1 –1 –3 +3
- Kode milik A : +1 –1 +1 +1 +1 -1 –1 +1
- Hasil perkalian (product) : +3 +1 –1 +1 +1 +1 +3 +3 = 12
Nilai +12 akan diinterpretasi sebagai bit ‘1’ karena mendekati nilai +8.
d. Pasangan dari pengguna B akan melakukan interpretasi sebagai berikut :
- sinyal yang diterima : +3 –1 –1 +1 +1 –1 –3 +3
- kode milik B : –1 +1 +1 –1 +1 +1 +1 –1
- jumlah hasil perkalian : –3 –1 –1 –1 +1 –1 –3 –3 = -12
berarti bit yang diterima adalah bit ‘0’, karena mendekati nilai –8.
Wavelength Division
Multiplexing (WDM).
Teknik multiplexing
ini digunakan pada transmisi data melalui serat optik (optical fiber)
dimana sinyal yang ditransmisikan berupa sinar. Pada WDM prinsip yang
diterapkan mirip seperti pada FDM, hanya dengan cara pembedaan panjang
gelombang (wavelength) sinar. Sejumlah berkas sinar dengan panjang gelombang
berbeda ditransmisikan secara simultan melalui serat optik yang sama (dari jenis Multi mode optical fiber).
berbeda ditransmisikan secara simultan melalui serat optik yang sama (dari jenis Multi mode optical fiber).
Gambar Wavelength
Division Multiplexing
Optical code
Division Multiplexing.
Prinsip yang
digunakan pada ODM serupa dengan CDM, hanya dalam hal ini yang dikode adalah
berupa sinyal analog (sinar) dengan pola tertentu. Sejumlah berkas sinar dengan
pola sinyal berbeda ditransmisikan melalui serat optik dengan menggunakan
prinsip TDM (berupa temporal-spectral signal structure). Di sisi penerima
setiap berkas sinar tersebut akan diinterpretasi untuk setiap pasangan pengguna
untuk memperoleh kembali data yang dikode tersebut dengan cara mengenali
terlebih dahulu pola sinyal yang digunakan.
Sistem Informasi UNIDHA : http://si.unidha.ac.id
Dosen Pengampu PTI,Faradika, M. Kom : http://faradika.id
Komentar
Posting Komentar